Riyad, Arab Saudi – Para pemimpin Gulf Cooperation Council (GCC) berkumpul di Riyad, Ibu Kota Arab Saudi, untuk membahas rencana rekonstruksi Gaza yang diusulkan oleh Presiden Mesir, Abdul Fattah al-Sisi.
Pertemuan ini dianggap sebagai langkah penting menuju pemulihan Gaza, yang hancur akibat lebih dari 1,5 tahun pemboman Israel.
Menurut laporan Al Jazeera English, proposal Mesir mencakup beberapa fase, dimulai dari pembersihan puing-puing hingga rekonstruksi menyeluruh wilayah yang rusak.
Menyerahkan Kendali kepada Otoritas Palestina
Namun, rencana ambisius ini membutuhkan dukungan finansial dari negara-negara GCC, dengan perkiraan biaya mencapai $53 miliar dan waktu pengerjaan hingga 10 tahun.
Meski komitmen negara-negara GCC dinilai kuat, mereka kemungkinan akan mengajukan persyaratan tertentu terkait proses rekonstruksi.
Salah satu isu kunci yang dibahas adalah siapa yang akan memegang kendali atas Gaza setelah rekonstruksi. Saat ini, muncul konsensus untuk menyerahkan kendali kepada Otoritas Palestina.
Pertemuan Riyad juga menjadi landasan bagi KTT darurat Liga Arab yang akan digelar di Kairo pada 4 Maret mendatang.
Baca Juga: Dukungan Ikhwanul Muslimin untuk Palestina
Respon Atas Proposal Trump
KTT tersebut diharapkan dapat menghasilkan sikap bersatu dari para pemimpin Arab, terutama dalam menanggapi proposal kontroversial dari mantan Presiden AS, Donald Trump, serta menyelesaikan masalah rumit terkait masa depan Gaza.
Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Gamal Bayoumi, yang juga mantan Wakil Menteri Luar Negeri Mesir untuk Urusan Eropa, menyatakan bahwa pertemuan ini merupakan langkah maju yang penting.
“Ini adalah upaya untuk mempercepat proses dan membawa solusi yang lebih baik, terutama dalam menolak proposal Trump yang tidak realistis,” ujarnya dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Bayoumi menegaskan bahwa proposal Trump, yang meminta Palestina meninggalkan tanah mereka dan mengundang orang-orang Yahudi dari luar untuk menetap, tidak dapat diterima.
“Jika Amerika Serikat ingin menampung seseorang, mengapa tidak menawarkan tanah di Amerika, yang merupakan negara imigran?” tambahnya.
Ia juga menyatakan harapannya agar pemerintah AS dapat mengambil langkah lebih matang dan mendengarkan saran dari Departemen Luar Negeri serta Pentagon.
“Kami berharap negosiasi serius dapat dimulai setelah itu,” ucap Bayoumi.
Pertemuan Riyad dan KTT mendatang di Kairo dinilai sebagai momen krusial bagi kawasan Arab.
Banyak analis meyakini bahwa keputusan yang dihasilkan dari pertemuan ini akan memiliki dampak besar bagi stabilitas regional dalam beberapa tahun ke depan.
Sumber: Al Jazeera English.




