Mengapa Warga Swedia Setia Mendukung Palestina?

by
Mengapa Warga Swedia Mendukung Palestina? | KBAI (Foto: ikhwanonline.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, ribuan warga Swedia, terutama di Stockholm, telah turun ke jalan untuk menyuarakan dukungan terhadap Palestina.

Fenomena ini bukanlah sekadar aksi sporadis atau tren sesaat. Ini adalah cerminan dari faktor-faktor historis, politik, sosial, dan budaya yang telah membentuk sikap masyarakat Swedia.

Dukungan ini memiliki akar yang dalam dan beragam, menjadikan Swedia salah satu negara Eropa dengan solidaritas terkuat terhadap perjuangan Palestina.

Pertanyaannya, mengapa? Apa yang mendorong warga Swedia, yang notabene bukan negara Muslim, untuk berdiri di barisan depan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina?

Baca Juga: Penjajah Israel Blokir Bantuan ke Gaza Usai Fase Pertama Gencatan Senjata Berakhir

Tradisi Solidaritas Kemanusiaan: Warisan Sejarah Swedia

Swedia memiliki tradisi panjang dalam mendukung gerakan kemerdekaan dan hak asasi manusia di seluruh dunia. Sejak era Perang Dingin, negara ini dikenal sebagai salah satu pendukung utama gerakan anti-kolonialisme.

Palestina, yang bagi banyak orang melambangkan perlawanan terhadap penjajahan Israel, sesuai dengan narasi anti-kolonialisme yang dianut oleh Partai Sosial Demokrat—partai yang telah lama mendominasi politik Swedia.

Sikap ini diperkuat oleh kritik tajam terhadap kebijakan penjajah Israel, seperti serangan militer di Gaza, blokade ekonomi, dan pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat.

Media Swedia, seperti Aftonbladet, sering kali meliput pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penjajah Israel dengan nada kritis. Liputan ini tidak hanya membentuk opini publik, tetapi juga memperkuat solidaritas kemanusiaan yang telah menjadi bagian dari identitas nasional Swedia.

Bagi warga Swedia, dukungan terhadap Palestina adalah bagian dari komitmen mereka terhadap keadilan global dan perlindungan hak asasi manusia.

Pengaruh Komunitas Imigran: Suara dari Timur Tengah

Swedia memiliki populasi imigran yang signifikan dari Timur Tengah, termasuk Irak, Suriah, dan Lebanon.

Komunitas ini secara alami bersimpati pada Palestina karena ikatan budaya, sejarah, dan agama. Kota seperti Malmö, dengan komunitas Arab yang besar, bahkan dijuluki “ibu kota solidaritas Palestina di Swedia” berkat demonstrasi rutinnya. Komunitas ini tidak hanya ikut berdemo, tetapi juga memperkaya diskursus publik dengan perspektif mereka.

Bagi banyak imigran Muslim di Swedia, perjuangan Palestina adalah perjuangan mereka sendiri. Mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari umat Islam yang lebih besar, yang memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung saudara-saudara mereka yang tertindas di Palestina.

Ini adalah manifestasi dari konsep ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam) yang mengikat umat Muslim di seluruh dunia.

Aktivisme Lokal: Generasi Muda dan Gerakan Progresif

Aktivisme lokal juga memainkan peran kunci dalam mendorong dukungan terhadap Palestina. Organisasi seperti Palestinagrupperna i Sverige dan gerakan pemuda progresif aktif mengkampanyekan isu Palestina. Tokoh terkenal seperti Greta Thunberg, yang bergabung dalam protes pro-Palestina pada 2024, menarik perhatian generasi muda.

Bagi mereka, dukungan terhadap Palestina adalah bagian dari perjuangan global melawan ketidakadilan, sejalan dengan nilai egaliter Swedia yang menjunjung kesetaraan dan keadilan sosial.

Generasi muda Swedia melihat konflik Palestina-Israel melalui lensa keadilan sosial dan hak asasi manusia. Mereka tidak hanya melihat ini sebagai konflik regional, tetapi sebagai simbol dari ketidakadilan global yang harus dilawan.

Ini adalah generasi yang tumbuh dengan kesadaran global yang tinggi, dan mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari gerakan internasional untuk menciptakan dunia yang lebih adil.

Kebijakan Pemerintah: Langkah Berani Swedia

Posisi pemerintah Swedia turut memperkuat sentimen pro-Palestina di kalangan rakyat. Pada Oktober 2014, Swedia menjadi salah satu negara Barat pertama yang secara resmi mengakui Palestina sebagai negara di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Stefan Löfven.

Keputusan ini tidak hanya mencerminkan opini publik, tetapi juga memberi legitimasi pada gerakan pro-Palestina di kalangan rakyat. Meski ada kritik dari kalangan konservatif yang pro-Israel, langkah ini tetap menjadi tonggak penting dalam kebijakan luar negeri Swedia.

Kebijakan ini menunjukkan bahwa Swedia tidak takut untuk mengambil sikap yang berbeda dari negara-negara Barat lainnya, terutama Amerika Serikat. Ini adalah bentuk penolakan terhadap hegemoni Barat yang sering kali memihak penjajah Israel dalam konflik ini.

Bagi warga Swedia, kebijakan ini adalah bukti bahwa negara mereka berdiri di pihak yang benar—pihak yang membela keadilan dan hak asasi manusia.

Reaksi terhadap Kebijakan Barat: Penolakan terhadap “Double Standard”

Dukungan Swedia terhadap Palestina juga merupakan reaksi terhadap kebijakan Barat, khususnya Amerika Serikat, yang dinilai terlalu memihak penjajah Israel. Banyak warga Swedia memprotes “double standard” ini, terutama ketika bantuan militer AS mengalir ke penjajah Israel di tengah konflik berdarah di Gaza.

Palestina dipandang sebagai pihak yang lemah dan tertindas, sebuah narasi yang beresonansi dengan identitas Swedia sebagai pembela keadilan global.

Warga Swedia melihat ketidakadilan dalam kebijakan Barat yang sering kali mengabaikan penderitaan rakyat Palestina sambil memberikan dukungan penuh kepada penjajah Israel.

Ini adalah bentuk penolakan terhadap hegemoni Barat yang dianggap tidak adil dan tidak manusiawi. Bagi mereka, dukungan terhadap Palestina adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan ini.

Solidaritas yang Berakar pada Nilai-Nilai Kemanusiaan

Dukungan warga Swedia terhadap Palestina adalah perpaduan unik antara empati kemanusiaan, kritik terhadap Israel, pengaruh komunitas imigran, aktivisme yang gigih, kebijakan pemerintah yang progresif, dan penolakan terhadap hegemoni Barat.

Dari demonstrasi massal di Stockholm hingga kebijakan luar negeri, sikap ini menegaskan posisi Swedia sebagai salah satu pendukung setia Palestina di panggung dunia.

Solidaritas ini bukan sekadar aksi politik, tetapi juga cerminan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Swedia. Ini adalah bukti bahwa perjuangan Palestina tidak hanya milik umat Islam, tetapi juga milik semua orang yang percaya pada keadilan, hak asasi manusia, dan perlawanan terhadap penindasan.

Dalam konteks ini, Swedia telah menjadi contoh bagaimana solidaritas kemanusiaan dapat melampaui batas-batas agama, budaya, dan geografi.

Sebagai umat Islam, kita harus mengambil pelajaran dari sikap warga Swedia ini. Solidaritas terhadap Palestina bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga bagian dari identitas kita sebagai Muslim.

Mari kita terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina, karena perjuangan mereka adalah perjuangan kita semua. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d: 11). (im)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.