Gaza, 2 Maret 2025– Penjajah Israel memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah fase pertama gencatan senjata dengan Hamas berakhir pada 1 Maret 2025.
Keputusan ini menuai kecaman keras dari Hamas, yang menyebutnya sebagai “pemerasan murahan” dan pelanggaran terhadap kesepakatan yang dimediasi AS, Qatar, dan Mesir.
Blokade ini terjadi saat jumlah korban tewas di Gaza mencapai 48.365 jiwa, bersamaan dengan dimulainya Ramadan yang memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Pertemuan Riyad Bahas Rencana Rekonstruksi Gaza, Otoritas Palestina Diusulkan Ambil Alih Kendali
Gencatan Senjata Gagal Berlanjut
Fase pertama gencatan senjata, yang dimulai pada 19 Januari 2025, melibatkan pertukaran sandera Penjajah Israel dengan tahanan Palestina serta peningkatan aliran bantuan ke Gaza.
Namun, setelah Hamas menolak usulan perpanjangan gencatan senjata sementara yang diajukan utusan AS Steve Witkoff, Penjajah Israel menghentikan semua bantuan.
Penjajah Israel bersikeras tidak akan melanjutkan kesepakatan tanpa pembebasan semua sandera yang tersisa, sementara Hamas menuntut jaminan diakhirinya secara permanen konflik yang telah berlangsung 15 bulan.
Hamas: Blokade adalah Pemerasan
Hamas menyerukan tekanan internasional terhadap Penjajah Israel, menyebut blokade ini sebagai upaya menekan rakyat Gaza yang mayoritas bergantung pada bantuan.
“Tindakan ini tidak bermoral dan bertentangan dengan kewajiban kemanusiaan,” kata juru bicara Hamas dalam pernyataan resminya.
Ketegangan Meluas di Wilayah Pendudukan
Sementara itu, ketegangan meningkat di wilayah pendudukan lainnya.
Hamas menyerukan mobilisasi melawan pembatasan Penjajah Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur, meskipun rincian pembatasan tersebut belum dijelaskan.
Di Tepi Barat, militer Penjajah Israel menangkap 50 warga Palestina dalam razia yang berlangsung di Tulkarm dan Jenin, bagian dari operasi harian yang telah menahan ribuan orang sejak Oktober 2023.
Akar Konflik dan Dampaknya
Konflik ini bermula dari serangan balasan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Penjajah Israel dan menyandera 251 lainnya.
Serangan Hamas ini dijadikan alasan militer Penjajah Israel untuk menghancurkan sebagian besar Gaza.
Penjajah Israel mengklaim telah membunuh lebih dari 17.000 pejuang Hamas, sementara lebih dari separuh korban dilaporkan adalah perempuan dan anak-anak.
Jangan Lewatkan: Kunjungan Diplomatik Presiden Erdogan ke Wilayah Asia Tenggara dan Selatan
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Blokade bantuan ini mengancam kelangsungan hidup 2,3 juta penduduk Gaza, dengan 60-70% bangunan di wilayah itu rusak atau hancur.
Penjajah Israel menyatakan keputusannya didukung oleh administrasi Trump di AS, meskipun belum ada konfirmasi resmi dari Washington hingga berita ini ditulis. (im)
Dari berbagai sumber.




