Hubungan Indonesia-Turkiye bukan sekadar hubungan diplomatik biasa. Ini adalah ikatan yang dibangun di atas fondasi sejarah, agama, dan perjuangan melawan kolonialisme.
Sejak abad ke-12, pelajar Turkiye datang ke Nusantara, membawa cahaya Islam ke tanah Aceh. Ini bukan sekadar kunjungan, tapi misi peradaban. Ottoman, sebagai kekhalifahan Islam, menjadi pelindung bagi kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, terutama Aceh.
Pada abad ke-16, ketika Portugis mencengkeram Sumatera, Aceh meminta bantuan Ottoman. Bukan sekadar bantuan militer, tapi ini adalah solidaritas umat Islam melawan penjajah kafir. Ottoman mengirim ahli persenjataan, meriam, dan pasukan.
Ini adalah bukti nyata bahwa hubungan kedua bangsa bukan sekadar politik, tapi juga spiritual.
Baca Juga: Turkiye dan Indonesia Sepakat Perluas Kerja Sama Pertahanan, Dukung Kolaborasi Strategis
Kemerdekaan Indonesia pada 1945 diakui oleh Turkiye. Bukan hanya pengakuan formal, tapi pengakuan dari saudara seiman.
Hubungan ini terus berkembang, dari kerja sama di OKI hingga bantuan kemanusiaan saat bencana. Ini adalah hubungan yang dibangun di atas rasa persaudaraan, bukan sekadar kepentingan sesaat.
Masa Kini: Kerja Sama yang Strategis
Hari ini, hubungan Indonesia-Turkiye semakin menguat. Tidak hanya kerja sama ekonomi atau pertahanan, tetapi upaya bersama untuk membangun kekuatan umat.
Setidaknya, kerjasama ini mencakup bidang:
- Pertahanan: Turkiye, dengan teknologi pertahanannya yang canggih, membantu Indonesia membangun industri pertahanan sendiri. Produksi bersama drone Bayraktar adalah langkah strategis. Selain transfer teknologi, juga untuk mengurangi ketergantungan pada Barat.
- Ekonomi: Target perdagangan USD 10 miliar adalah angka yang realistis. Turkiye dan Indonesia punya potensi besar di sektor halal, energi, dan industri kreatif. Ini adalah peluang untuk membangun kemandirian ekonomi umat.
- Kemanusiaan: Saat gempa mengguncang Turkiye 2023, Indonesia mengulurkan tangan. Ini adalah bukti bahwa hubungan kedua bangsa bukan sekadar di atas kertas, tapi juga di hati.
Masa Depan: Optimisme dan Tantangan
Masa depan hubungan Indonesia-Turkiye sangat cerah, tapi bukan tanpa tantangan. Setidaknya kita bisa berharap kiprah dari dua bangsa bersaudara ini di berbagai medan.
- Politik Global: Kedua negara punya posisi strategis di dunia Islam. Turkiye di bawah Erdogan terus memperjuangkan kepentingan umat, sementara Indonesia adalah negara Muslim terbesar. Kolaborasi di forum internasional seperti OKI dan G-8 harus diperkuat. Ini adalah momentum untuk membangun kekuatan politik umat.
- Ekonomi Umat: Kerja sama ekonomi harus difokuskan pada sektor-sektor yang menguntungkan umat, seperti industri halal, energi terbarukan, dan teknologi. Ini bukan sekadar untuk kepentingan nasional, tapi untuk kemandirian umat Islam secara global.
- Pertahanan Umat: Kerja sama pertahanan harus terus diperkuat. Umat Islam butuh kekuatan militer yang mandiri, tidak tergantung pada Barat. Produksi bersama alat militer adalah langkah awal yang baik.
- Tantangan Internal: Kedua negara punya masalah internal yang harus diselesaikan. Indonesia butuh stabilitas politik dan ekonomi, sementara Turkiye harus menghadapi tekanan dari Barat. Tapi, tantangan ini justru harus menjadi pemersatu.
Jangan Lewatkan: Erdogan: Menjaga Idealisme Islam dalam Cengkraman Negara Sekuler yang Pragmatis
Solidaritas Umat yang Kian Solid
Hubungan Indonesia-Turkiye adalah bukti bahwa solidaritas umat Islam bukan sekadar retorika. Ini adalah ikatan sejarah, agama, dan perjuangan yang tak bisa diputus oleh siapa pun.
Dari Aceh hingga Ankara, dari Ottoman hingga Erdogan, hubungan ini terus berkembang.
Masa depan adalah milik umat Islam yang bersatu. Indonesia dan Turkiye punya peran besar dalam mewujudkannya. Bukan sekadar kerja sama bilateral, tapi bagian dari perjuangan besar umat Islam untuk meraih kejayaan kembali.
Optimisme adalah kata kuncinya. Dengan kerja keras, kesabaran, dan keimanan, hubungan Indonesia-Turkiye akan menjadi mercusuar bagi kebangkitan umat Islam di dunia. (Ihsan Mujahid)





